BAGAI BATU SANG
REMBULAN
@ari_flowera
23-mei-2013
Pesisir pantai nan indah di sore
hari mulai lesu
Ku tapaki jalur buih-buih ombak
tak menentu
Alirannya merasuk hingga ke ulu
hati
Sungguh realita yang hampir layak terjadi
Keras, rumit, membingungkan,
kadang tak mungkin
Hampir skakmat terjadi, tetap
saja masih ada celah
Rupiah memang menggiurkan
Aku bagian dari mayoritas, namun
terasa minoritas
Apa karena mata uang itu tak
pernah mau berpihak padaku?
Jawabannya benar, sebenar satu
ditambah satu sama dengan dua
Merah putih memang
berkibar
Tapi dimataku, itu
adalah kibaran derita yang penuh noda
Dia menangis karena
kesuciannya telah direnggut,
Dia menangis karena
keberaniannya telah dibayar
Hingga aku tak mau
lagi menyebut pantai itu indah
Karena begitu keras,
rumit, dan membingungkan
Seganap gejolak jiwa
muda mengalir dalam darahku
Alirannya berderai
bagai daun berguguran
Membawa benih-benih
pelopor masa depan
Apakah dia seorang
pemuda?
Ya, benar.
Siapa kebaiakan dunia? Pemuda
Siapa pahlawan dunia? Pemuda
Siapa yang akan merubah dunia? Pemuda
Dimana harapan terpikul? Pemuda
Dimana masa depan ditentukan? Pemuda
Pemuda! Kembalikan keindahan pantai dengan senimu
Kembalikan keberanian merah dengan kekuatanmu
Kembalikan kesucian putih dengan agamamu
Kembalikan kibarnya dengan
mimpi-mimpi yang Tuhan peluk untuk dirimu.
KISAH
INI BAGAI BATU SANG REMBULAN